28 Okt 2020

Afifatus Syahidah

28-05-2020, Tertulis di kertas jadwal kunjungan ke dokter S.P.Obg bulan berikutnya untukku. Dengan penuh harap dan cemas kumenantikan tanggal itu, berharap ada keajaiban yang terbaik pada pemeriksaan bulan ke-8 ku. Sudah dua hari tidurku tak nyaman, perut tidak enak tak disangka dan Allah Maha berkehendak 2 hari sebelum tanggal kunjungan itu (26-05-2020) aku mengalami pendarahan. Saat di rumah aku hanya berdua dengan adikku yang sama sedang mengandung usia 9bulan tinggal menunggu hari, waktu itu aku sedang menjemur pakaian di belakang rumah dan adikku baru masuk kamar mandi. Aku merasa ada sesuatu yang keluar dari jalan lahir hangat dan cepat seperti air dilihatku ternyata darah yang mengucur, aku panik segera memanggil adikku yang baru mandi untuk memanggil orangtuaku. Aku bawa jalan ke ruang depan rumah darah kental mengucur dalam rumah, tetangga, saudara bahkan anakku mempeehatikanku yang bercucur darah di sarung. Aku segera dibawa ke Rumah Sakit terdekat, sesampainya di RS menurut dokter yang ditunjuk karena aku mengalami kandungan Plasenta Previa maka resiko ini mungkin terjadi apalagi dipicu kelelahan. Akhirnya dua malam aku dirawat dan dilarang bergerak sedikitpun dari tempat tidur, karena dikhawatirkan akan terjadi pendarahan hebat kalau aku bergerak. Selama dua hari aku disuntik penguat paru untuk debay dan diberi suntik apalagi tidak begitu paham. Waktu itu dibenakku asalkan detak janinku masih terdengar dan sehat aku pasrah, agar aku dan debay selamat.
Tepat pada tgl 28-05-2020 aku dibawa ke ruang operasi di sana aku ditangani oleh 5 orang dokter yang membantu persalinan secarku. Aku dibius setengah badan, saat itu aku bisa merasakan bagaimana saat debay didorong dan dikeluarkan dari perutku wajah dokter perempuan yg meringis melihat kantung debay dikeluarkan, perasaan sesak didada yang ditekan dokter saat itu membuatku kesakitan dan khawatir akan debayku. Alhamdulillah debayku keluar dengan selamat, dengan berat badan 2100 gr, panjang 40 cm dan jenis kelamin perempuan pada pukul 14.17 WIB.

Alhamdulillah bahagianya kami dan keluarga, "wajahnya mirip denganku" ungkap suamiku. Keluargaku bersyukur atas pertolongan Allah ibu dan dede bayi selamat, karena berat badan yang kurang dan kata dokter spesialis anak, paru-paru debayku belum sempurna, maka dede bayi harus diinkubator di ruang perawatan rumah sakit. Sampai malam hari aku belum bisa melihat sikecil, dengan separuh tubuh yang terbius aku masih merasa lemah. Pada jam 10 malam suamiku dipanggil untuk bertemu perawat dan dijelaskannya kondisi anakku untuk melakukan rotngen paru, setelah itu suamiku bercerita kepadaku tentang keadaan anakku yang sementara tidak boleh di beri ASI karena kondisi fisiknya. 

Hari ke dua setelah anakku lahir tepatnya hari sabtu 30-05-2020 aku dibolehkan pulang oleh dokter rumah sakit dengan terpapah dan badan sedikit membungkuk masih kurasakan takutnya jahitan yang ada di perutku (maklum karena kali pertama aku secar). Sebelum pulang aku tengok anakku di ruang perawatan dia sedang tertidur, padahal ingin sekali aku menggendongnya (ya Allah tak terasa air mataku terus menetes saat kutulis ini;-( ;-( Ya Allah Yarham... padahal kata suamiku waktu diajak ngobrol si debay cari sumber suara (malam setelah di rontgen). Aku pegang kaki mungilnya, dan kuajak bicara "dede nanti kita pulang ya, mamah nunggu dede di rumah, dede yang sehat" sembari melihat sekeliling alat yg menempel ditubuh kecil mungil itu, putih, imut dan cantik. Ketika itu aku berharap dokter spesialis ada dan aku dapat bertanya tentang keadaan anakku.

Saat itu hanya ada perawat yang bisa aku tanya, mba bagaimana kondisi anakku ini boleh disusu belum. Katany belum bisa karena masih dipasang alat, ingin rasanya memeluk dan menggendong tapi aku hanya bisa melihat. Yang sehat ya de, nanti kita berkumpul di rumah bersama. Pesanku meski dia tertidur. Pada hari-hari berikutnya suami hanya bisa mengantarkan ASI, karena kondisi perutku masih terasa sakit akibat secar. Senin pagi perawat rumah sakit meneleponku meminta izin untuk melakukan fototerapi kepada bayiku karena tubuhnya kuning. Aku izinkan dengan bertelepon dengan seorang perawat. Tanggal 02 mei 2020 adikku dengan usia kandungan 9 bulan, adikku melahirkan anak perempuan karena masa pandemi dan puskesmas pelayanan tutup adikku melahirkan di rumah sakit yang sama dengan dimana anakku dilahirkan. Sehari semalam anakku difototerapi, ingin rasanya ku berkunjung ke rumah sakit sore hari aku datang menjenguk anakku di ruang perawatan bayi tetap saja aku tidak dapat memeluk dan menggendongnya. Kupegang tangannya kakinya kubaluri minyak bayi, ku ajak bicara dia sedikit merengek karena matanya tertutup (proses fototerapi). Dari ruang sebelah terdengar adikku memanggil "yayu", lalu kudekati adikku yg sedang belajar memberikan ASI pada debaynya. Aku bantu, sahut seorang perawat "kok kenal", "ini adikku" sahutku. 

Setelah itu kudekati lagi anakku, entah aku kurang faham alat apa yg seperti detak jantung bayiku hilang timbul dilayar monitor, aku pikir pemasangan alat yg kurang pas saja. Aku minta tolong perawat membenarkan, dan alatpun berjalan normal lagi, beberapa menit demikian... sembari kutengok sebelah tempat tidur anakku bayi2 kecil yg menangis dan ketika diberi botol susu habis dan diam. Terbesit dalam pikiranku anakku juga kelak setelab sehat dan pulang:-) aku bertanya pada perawat itu, kapan aku bisa bertemu dokter yg menangani anakku, aku ingin bertanya tentang perkembangan anakku. Katanya menjawab dokter datang tidak ada jadwal kadang malam dan bisa pagi, lalu bagaimana perkembangan debayku. Dirawat itu pasti ada perkembangan bunda, jawabnya sembari mengurusi alat yang dari tadi terlihat error (menurutku orang awan). Dibetulkannya alat itu oleh perawat, lalu aku ke adikku ternyata sore itu adikku boleh pulang beserta debayinya. 


Bersambung...


 

 


Afifatus Syahidah

28-05-2020, Tertulis di kertas jadwal kunjungan ke dokter S.P.Obg bulan berikutnya untukku. Dengan penuh harap dan cemas kumenantikan tangga...